Pendakian Perdana Aninda, salam dari Puncak Merapi

DSC_0063

Tanggal 27 sampai 28 Agustus 2014 kemarin, aku dan empat temanku (Febri, Rizky, Vitra, dan Hadi) berkesempatan untuk mendaki gunung Merapi. Tulisan ini isinya tentang pengalaman pertamaku mendaki gunung yah? 😀

Berawal dari ajakan Febri untuk naik gunung, aku yang belum pernah sama sekali mendaki gunung langsung mengiyakan ajakan Febri. Dari 5 orang rombongan, hanya aku dan Febri yang perempuan, ketiga teman lainnya laki-laki. Sebelum menetapkan tanggal 27 Agustus, kita sepakat untuk berangkat tanggal 31 Agustus. Tapi karena ada kegiatan mendadak, maka Febri pun memutuskan untuk mempercepat pendakian ke Merapi. Sebenarnya pendakian ke Merapi ini terbilang modal nekat, soalnya aku cuma sehari jogging. >,<  Tapi memang sebelumnya aku sering bolak-balik jalan kaki ke kos-kampus sih. Jadi kalau soal jalan kaki ke Merapi, dengan pede nya aku yakin mampu. -_-‘

Berikut ini adalah perlengkapan yang aku bawa untuk mendaki :

  • Sepatu gunung (sewa 25rb)
  • Tas Carrier (sewa 12rb)
  • Sleeping Bag (sewa tapi lupa harga)
  • Jaket (bawa 2 tapi cuma satu yang kepake)
  • Baju dan celana ganti (kaos lengan panjang dan celana panjang, yang kepake cuma baju)
  • Jas hujan (alhamdulillah di puncak nggak kehujanan, jadi nggak kepake)
  • Senter
  • Air Mineral (1 orang bawa 1 liter, tapi selama pendakian kita minumnya bareng-bareng)
  • Perlengkapan sholat
  • Sikat gigi, odol, sabun muka (tapi nggak kepake, hahaha)
  • Masker (kadang dipake, kadang nggak)
  • Kamera (aku bawa kamera DSLR, tapi hati-hati kalau bawa DSLR buat naik gunung, lapisin DSLR pakai plastik), kamera hp dan tongsis! Tongsis membantu banget lho untuk selfie di puncak. 😀
  • Makanan (kita bawa mie instan, sosis, coklat, fitbar, dan roti)

Sedangkan perlengkapan tim (tenda dan alat masak) yang bawa adalah Hadi, dia udah berpengalaman naik gunung.

Tanggal 27 malam setelah sholat Isya, aku dan rombongan dengan mengendarai motor berangkat menuju arah Magelang. Dan ternyata…..

bensin di kota Jogja saat itu sedang langka, alhasil kita memutuskan untuk pulang ke rumah Rizky untuk berangkat menggunakan mobil Rizky. Setelah memindahkan semua barang-barang ke bagasi mobil, kita sempatkan untuk mengisi perut di burjo. Cukup kenyang dengan nasi telor, kita langsung capcus berangkat menuju Selo Boyolali via Jalan Magelang. Aku lupa tepatnya jam berapa berangkat dari Jogja, tapi yang jelas sampai di Basecamp Selo sekitar pukul 11 lewat lah. Sampai di Basecamp ternyata banyak pendaki lain yang sudah terlebih dahulu sampai, mereka beristirahat di Basecamp. Melihat tempat tidur di Basecamp yang sudah cukup penuh, maka aku dan Febri memutuskan untuk tidur di dalam mobil Rizky. Alhamdulillah di dalam mobil cukup hangat. Sayangnya aku sama sekali tidak bisa tidur, kalaupun mata terpejam tapi pikiranku kemana-mana. -_-‘

Singkatnya jam 2 lewat dini hari, rombongan kami memulai pendakian. Diawali dengan pemanasan, kami meregangkan otot-otot. Sebelum mendaki, kami berdoa bahwa tujuan utama kami bukan puncak, tetapi kembali dengan selamat ke rumah/kos masing-masing. Aamiin.. Bismillah…

Karena memang jarang berolahraga, baru beberapa meter aku mendaki, nafasku sudah ngos-ngosan dan telinga mulai sakit. Sempat minta berhenti, karena memang di awal perjanjian kalau ada yang capek harus bilang. Perjalanan mendaki di waktu malam hari terasa begitu melelahkan, mungkin karena kondisi badan yang belum terbiasa dan tidak bisa melihat apa yang dituju, membuat badan mudah capek. Rasanya ingin minum terus, tapi tidak bisa egois karena masih ada teman-teman yang juga butuh minum. Selama perjalanan, kakiku seperti lecet, tetapi aku sama sekali tidak melihatnya (takutnya beneran lecet ntar malah ngeganggu perjalanan, jadi aku abaikan).

Dari jam 2 lewat dini hari kami mulai mendaki, sampai di Pos 1 sekitar jam 05.30 pagi. Selama menuju Pos 1, kami bisa mendengar suara azan Subuh. Rasanya takjub juga, mendengar azan Subuh dari bawah kaki Merapi. :’)  Di Pos 1 kami istirahat sholat Subuh sambil mengisi perut dengan makanan ringan, minum air, dan foto-foto selfie! 😀

Perjalananan kembali dilanjutkan menuju Pos 2. Karena hari sudah terang, kita jadi bisa melihat pemandangan selama mendaki. Suasana terasa sangat berbeda ketika mendaki dari Basecamp menuju ke Pos 1. Subhanallah, sungguh indah ciptaan Allah… :’)

DSC_0069

Menuju Pos 2 kami lebih bersemangat, walaupun rombongan kami bisa dikatakan sering banget berhenti untuk istirahat beberapa menit. :p

Setapak demi setapak kami mendaki, sesekali bercanda untuk menghilangkan rasa lelah walau singkat, diam sambil mengatur nafas, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. ‘Dari Allah, lewat alammu Merapi, bantu kami untuk sampai ke puncakmu Merapi’, bisikku di dalam hati.

Sekitar pukul 08.00 kami sampai di Pos 2, lalu kami mendirikan tenda dan membuat mie instan. Makan bergantian karena kami hanya membawa satu piring. Y_Y

Istirahat sebentar sambil menikmati bentang alam. Tampak puncak Merapi yang masih harus kami lewati 2 bukit lagi, apa sanggup yah kesana, pikirku. Dari kejauhan aku bisa melihat masih banyak pendaki lain di atas puncak Merapi.

Tepat pukul 09.00 kami capcus menuju Puncak Merapi! Selama dalam perjalanan, kami banyak bertemu dengan pendaki lain yang akan turun. Tetapi tidak bertemu dengan pendaki lain yang akan naik. >,< Pendaki lain kerap memberikan kami semangat, keren menurutku. 😀

Sebelum sampai di puncak Merapi, kami melewati hamparan batu-batu kecil yang lumayan landai. Disini biasa pendaki mendirikan camp, lokasi ini disebut Pasar Bubrah. Dari Pasar Bubrah sudah sangat dekat dengan puncak Merapi.

Menurutku, perjalanan yang paling ekstrim adalah dari Pasar Bubrah menuju puncak Merapi. Medan berpasir kecil yang rawan longsor tiap kita pijak membuat pendakian terasa lebih berat. Jika menengok keatas kita langsung berhadapan dengan puncak Merapi, tapi tetap harus waspada jika ada batu kerikil yang jatuh. Kami pun harus berteriak rock atau batu jika pijakan kaki kita menimbulkan longsor kecil, agar teman pendaki di bawah bisa menghindar. Wihhh, film 5 cm banget kan? Hahahaha…. Ya begitulah, tapi kenyataan di lapangan lebih indah kok. Suerrr! ^_^V

Medan berpasir kecil bisa kami lalui, kini medan berbatu besar yang harus kami lewati. Khusus untuk medan berbatu besar ini menurutku tingkat kesulitannya tidak sebesar medan berpasir kecil. Hanya saja perlu tetap waspada, karena ada beberapa batu yang cukup terjal jadi tetap harus hati-hati memilih pijakan. 🙂

Semangka! Aku sering meneriakkan kata itu selama perjalanan. Bukan hanya karena kata ‘Semangka’ yang merupakan plesetan dari kata ‘Semangat’, namun jujur di dalam hati aku benar-benar ingin memakan buah Semangka dan berharap di puncak nanti aku bisa memakan Semangka atau setidaknya setelah turun buah segar itu bisa kulahap. :’D

Jam di tangan menunjukkan pukul 12 an siang, Alhamdulillah kita sampai di puncak Merapi. Berlima! Hanya berlima! Ya, siang ini hanya kami berlima di Puncak. Pendaki lain sudah pada turun, dari kejauhan pun kami tidak melihat ada pendaki lain yang akan naik. Super sekali kami. Hahahahha….

Kawah Merapi yang tertutup kabut, dari kejauhan kami pun melihat langit di utara Merapi mendung. Begitu sulit alam diprediksi memang jika sudah sampai puncak. Diantara rasa takjub dan syukur karena bisa sampai di puncak, ada rasa khawatir di dalam diriku saat itu. Khawatir tentang perjalanan pulang… >,< Memang dasar pendaki amatir yah… _ _’

Sekitar satu jam kami berada di puncak, beberapa teman ada yang menyempatkan untuk tidur. Tapi aku sama sekali tidak bisa tidur, baru mau memejamkan mata sudah dibangunkan untuk turun kembali.

Here we go! Kita mulai turun sekitar pukul 1 siang. Nah perjalanan turun ini yang aku cukup kesulitan, tapi waktu tempuh sudah pasti jelas lebih singkat. Pukul 4 sore kami sudah siap-siap turun dari Pos 2 menuju ke Pos 1 dan Basecamp. Tepat azan Magrib kami tiba di Selter, yang artinya sudah melewati Pos 1 dan beberapa jam lagi sampai di Basecamp.

Aku lupa tepatnya jam berapa, sepertinya sudah Isya kami tiba di Basecamp. Disini punya cerita,  dari lima orang hanya tiga diantara kami termasuk aku yang memesan nasi untuk makan malam. Vitra dan Febri tidak makan dengan alasan Vitra yang kebelet puph -_-  dan Febri sudah kenyang. Sedangkan Rizky yang selama pendakian selalu di belakang, saat turun dia yang paling pertama sampai Basecamp. Alasan utama dia semangat turun adalah mengejar nasi di warung makan sebelah Basecamp. Hadehh.

Setelah berkemas-kemas, malam itu juga kami pun langsung pulang menuju kota Jogja dan pukul 11 malam kami sampai di Jogja. Kami berlima berpisah di rumah Rizky untuk menuju kos kami masing-masing. Alhamdulillah… Malam tanggal 28 Agustus 2014 kami berlima selamat sampai kos dan rumah masing-masing.

Jika ditanya apakah aku ketagihan untuk mendaki gunung lagi? Jawabku IYA. Tidak bisa dibohongi rasa capek itu pasti ada. Tapi memang  begitulah nyatanya sebuah kehidupan, butuh perjuangan untuk mendapatkan segala sesuatu yang indah. Dan begitu sudah sampai di atas, kita pun merasakan bahwa kita sangat kecil dimata-Nya. Maka nikmat Tuhan mana yang bisa engkau dustai?

C360_2014-08-28-09-50-46-231

Titip salam untuk Merapi… Alammu membuat kenangan indah tersendiri di akhir masa studiku di kota Jogja. 🙂

Tinggalkan komentar